Komunikasi
merupakan hal penting dalam sistem pengendalian manajemen yang merupakan alat
untuk mengarahkan, memotivasi, memonitor atau mengamati serta evaluasi
pelaksanaan manajemen dalam organisasi. Untuk membentuk suatu kerja sama yang
baik jelas perlu adanya komunikasi yang baik antara unsur-unsur yang ada di
dalam organisasi tersebut. Komunikasi yang baik akan menimbulkan saling
pengertian dan kenyamanan dalam bekerja. Hubungan yang hangat, ramah sangat
dipengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Proses
komunikasi yang kita lakukan tiap hari berfungsi untuk memupuk dan memelihara
hubungan kita dengan lingkungan atau dalam organisasi. Oleh sebab itu
ketrampilan berkomunikasi memiliki arti penting dalam kehidupan organisasi.
Organisasi
terbentuk karena adanya kesamaan tujuan yang dimiliki tiap anggota. Orang yang
tertarik untuk bergabung dalam suatu organisasi memilki alasan yang beragam.
Ada yang karena alasan profit, tuntutan profesi, penyebaran ideologi maupun
pemenuhan kebutuhan sosial. Organisasi juga dapat dikatakan sebagai sarana
dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui
pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang. Budaya organisasi terbentuk
melalui interaksi antaranggota. Bahkan bisa
dikatakan, ibarat organisasi adalah tubuh makhluk hidup maka komunikasi adalah
darah yang mengalir dalam tubuh organisasi tersebut.
Komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Sendjaja
(1994) menyatakan fungsi atau peran komunikasi dalam organisasi adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi Informatif, yaitu dengan adanya komunikasi
dalam organisasi yang baik maka akan terciptanya suatu informasi baru yang
tepat, benar dan baik. Informasi sangat dibutuhkan oleh para anggota
organisasi, karena informasi tersebut dapat digunakan untuk melaksanakan
kewajiban masing-masing anggota atau untuk mengatasi masalah yang ada dalam
organisasi.
2. Fungsi Regulatif, yaitu merupakan fungsi yang lebih
mendekat kepada peraturan-peraturan dalam organisasi, seperti :
· Kewenangan
tataran manajemen untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan serta memberi
perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
peraturan yang ada.
· Anggota
organisasi membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan
tidak boleh untuk dilaksanakan.
· Adanya saluran
komunikasi formal dalam organisasi dan laporan kemajuan organisasi.
· Saluran
komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat
kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan
aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar
dalam diri karyawan terhadap organisasi.
3. Fungsi
Persuasif, yaitu dimana dalam sebuah organisasi pemimpin lebih memilih untuk mepersuasi
atau melakukan sebuah komunikasi dengan tujuan mempengaruhi kepercayaan
bawahannya daripada memberikan perintah. Dengan begitu pekerjaan akan
dikerjakan oleh karyawan secara sukarela dan akan menghasilkan kepedulian yang
lebih besar terhadap organisasi dibanding dengan pimpinan yang sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif,
yaitu setiap organisasi akan menyediakan saluran organisasi agar anggotanya
dapat melakukan pekerjaan dengan baik. Beberapa saluran komunikasi dalam
organisasi (menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss), yaitu :
- Controlling style communication, yaitu adanya suatu maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Atau disebut juga sebagai gaya komunikasi satu arah.
- Equalitarian style communication, yaitu anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Hal tersebut memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan.
- Structuring style communication, yaitu memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan yang digunakan untuk menetapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.
- Dynamic style communication, yaitu memiliki kecenderungan agresif, yaitu menggunakan pesan untuk melakukan pekerjaan yang berorientasi pada tindakan.
- Relinguishing style communication, yaitu kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah.
- Withdrawal style communication, yaitu melemahnya tindakan komunikasi karena adanya persoalan antarpribadi yang dihadapi masing-masing anggota organisasi.
Komunikasi dapat
terjadi karena adanya suatu kesamaan topik pembicaraan antar kelompok atau
organisasi. Dengan adanya komunikasi maka secara tidak langsung akan
menumbuhkan suatu budaya tersendiri bagi organisasi tersebut. Dalam proses
komunikasi juga sering mengalami suatu hambatan-hambatan yang terjadi, berikut
penjelsannya :
1. Hambatan Teknis,
yaitu keterbatasan fasilitas atau peralatan komunikasi sehingga sering terjadi lambatnya
informasi yang sedang dibutuhkan untuk mengatasi masalah yang ada.
2. Hambatan
Semantik, yaitu adanya suatu penyampaian gagasan atau pendapat dari anggota
organisasi yang kurang efektif dan efisien.
3.
Hambatan
Manusiawi, yaitu adanya faktor emosi dan prasangka pribadi yang dialami
masing-masing anggota organisasi karena merasa bahwa pendapat merekalah yang
paling benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar